Thursday, November 17, 2016

Dakwah wa tabligh - Nasihat tiga Hadhratji Maulana Ilyas Rah.a -

Bismillahirrahmanirrahiim

Ucapan-ucapan Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a. ini telah ditulisa dan disusun oleh syekh Zhafar Ahmad Thanwi rah.a

Pada akhir kali, tepatnya pada pertengahan bulan juni, ketika saya hadir disana, Hadratji Maulana Ilyas rah.a mengucapkan sebuah sya'ir ;

"Hidupku akan segera berakhir!
Marilah kita hidup bersama-sama untuk beberapa hari
Apabila kau mati setelah aku mati,
kau akan gagal dan menyesal"

Saya demikian terpengaruh dengan kata-kata itu, sehingga tanpa terasa meneteskan air mata. Kemudian beliau berkata. "Apakah kamu ingat janjimu! (Saya pernah berjanji untuk meluangkan waktu dalam tabligh)."Ya saya masih ingat. Tetapi pada saat ini cuaca di Delhi sangat panas. Siang hari menjadi sangat panjang pada bulan Ramadhan. Saya akan keluar setelah Ramadhan nanti." Beliau menyahut, "Kau bicara tentang Ramadhan, sedangkan Sya'ban pun tidak ada harapan." (Dan sepuluh hari menjelang Sya'ban, tepatnya pada tanggal 21 Rajab 1363 H, pada pagi hari beliau menjumpai Penciptanya).

Saya menjawab, "Baiklah saya akan tinggal sekarang, sekarang saya akan meluangkan waktu untuk tabligh. Syekh jangan berprasangka buruk. Saya akan memberi waktu untuk tabligh." Mendengar ucapanku ini, muka beliau berseri-seri dan beliau memeluk leherku dengan badannya yang sebelah kanan, kemudian mencium keningku dan agak lama merangkul dengan menghempitkan dadanya kepadaku sambil berdo'a, beliau berkata, "Engkau telah mendekat padaku. Banyak ulama ingin memahami maksudku dari kejauhan." Setelah itu beliau menyebut salah satu nama ulama besar, beliau berkata, "Dia sering ikut serta dalam kerja dakwah ini, tetapi jika engkau bertanya tentangnya kepadaku, maka akan kujawab, "Dia belum memahami apapun yang saya inginkan." Karena ia ingin memahami keinginanku melalui perantara. Bagaimana saya dapat paham. Oleh sebab itu,, aku ingin agar engkau duduk bersamaku beberapa hari, agar engkau dapat memahami kehendak dan keinginanku. Keinginanku ini tidak dapat dipahami dari kejauhan. Aku pun tahu, bahwa engkau sudah banyak ambil bagian dalam dakwah ini, sering memberi ceramah di majelis-majelis dan orang-orang banyak mendapat faedah dari ceramah itu, tetapi bukan seperti ini dakwah yang kuinginkan."


Sunday, November 13, 2016

Dakwah wa tabligh - Nasihat tiga Hadhratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a -

Bismillahirrahmanirrahiim

Pada suatu hari, setelah shalat Shubuh, banyak orang-orang lama berkumpul di masjid Nizhamudin. Dan pada masa itu, syekh Ilyas dalam kondisi yang sangat lemah karena sakitnya, sehingga sambil berbaring pun, beliau tidak dapat mengucapkan sepatah, dua patah kata dengan jelas. Dengan penuh perhatian, dipanggillah khodim khusus, dan melaluinya beliau berkata kepada hadirin, "Perjuangan dan usaha kalian akan menjadi sia-sia, jika dengan usaha ini kalian tidak menjaganya dengan iringan ilmu dan dzikir (seakan-akan ilmu dan dzikir adalah dua sayap, yang jika tanpanya tidak akan mencapai keberhasilan), bahkan bisa menjadi sangat berbahaya dan mengkhawatirkan. Jika tidak disertai keduanya, usaha ini justru akan membuka pintu fitnah dan pintu kegelapan baru. Agama, jika tanpa ilmu, maka Islam dan iman hanya adat kebiasaan dan nama saja. Dan dzikrullah tanpa ilmu hanyalah kegelapan semata. Dan ilmu tanpa memperbanyak dzikrullah adalah sangat berbahaya.

Jadi, ilmu akan datang melalui nur dzikrullah. Dan berdzikrullah tanpa ilmu, tidak akan membuahkan keberkahan yang hakiki. Bahkan sebagian sufi yang bodoh dapat dijadikan alat kerja syetan. Untuk itulah ilmu dan dzikir sangat penting mengiringi usaha ini dan jangan dilalaikan. Hal ini hendaknya dijaga dengan khusus. Jika tidak, kerja tabligh ini sekedar gerakan biasa. Dan kalian akan mendapat kerugian yang sangat besar. Semoga Allah S.w.t. melindungi kita."

Maksud nasehat beliau adalah, agar para da'i jangan menganggap bahwa usaha, susah payah, safar dan hijrah, serta pengorbanan untuk orang lain adalah kerja yang asli, sebagaimana yang banyak dipahami secara umum sekarang ini. Namun pahamilah bahwa bersungguh-sungguh dalam ta'lim wat ta'lum, berdzikir kepada Allah dan menghubungkan diri dengan-Nya, serta menjadikannya sebagai adat yang melekat pada diri kita, itu merupakan kewajiban kita yang sangat penting. Dengan kata lain, bukan hanya menjadi tentara agama atau muballigh, tetapi juga menjadi penuntut ilmu agama dan menjadi orang yang selalu ingat kepada Allah S.w.t.

Niat amal dan sampaikan.

Saturday, November 5, 2016

Dakwah wa tabligh - Nasihat tiga Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a -

Bismillahirrahmanirrahiim

Dalam suatu majelis Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a berkata, "Diantara tertib dakwah, salah satunya ialah dalam Umumi Bayan sebaiknya pembicaraan itu tegas. Dan pasa masa khususi, hendaknya dengan lemah lembut. Namun, bila dalam khususi itu pun diperlukan ishlah (perbaikan diri), maka dapat digunakan ucapan-ucapan yang tegas. Rasulullah S.a.w. pun dalam menghadapi orang-orang tertentu yang berbuat kesalahan, beliau sering mengucapkan kata-kata, "Kenapa orang-orang ini?' dan menegurnya dengan ucapan marah."

Dalam suatu majelis Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a berkata, "Sudah menjadi kebiasaan kita, yaitu merasa senang dengan ucapan-ucapan yang baik, dan kita menganggap bahwa dengan nasehat-nasehat baik tersebut, sudah cukup menunaikan kerja asal kita. Tinggalkanlah kebiasaan itu dan bekerjalah, sebagaimana disebutkan dalam syair,
    "Hai pekerja, kalian biasa bersuka ria dengan nasehat-nasehat baik,tinggalkanlah nasehat-nasehat itu gantilah dengan amal-amal baik."

Dalam suatu perbincangan, Hadratji Maulana Ilyas rah.a berkata, "Betapapun banyaknya kita mendapat taufik dari Allah S.w.t. untuk beramal baik, namun hendaknya kita tetap akhiri setiap amalan tersebut dengan istighfar. Maksudnya, dalam mengerjakan amalan sebaiknya diakhiri dengan istighfar. Yaitu, meyakini bahwa dalam mengerjakan amalan tersebut kita pasti memiliki kekurangan atau kesalahan, untuk mengganti kekurangan tersebut, maka disempurnakan dengan istighfar kepada Allah S.w.t.

Rasulullah S.a.w. pun senantiasa beristighfar setiap selesai shalat. Dalam kerja tabligh pun, hendaklah kita akhiri dengan istighfar. Sebab, sebagai seorang hamba, tentu tidak dapat menunaikan kerja ini dengan sempurna. Jadi dalam kesibukan kerja ini, banyak hal lain yang tidak dapat tertunaikan. Dan untuk menyempurnakan semuanya itu, hendaklah setiap akhir amalan baik, diakhiri dengan istighfar."

Niat amal dan sampaikan


Tuesday, November 1, 2016

Dakwah wa tabligh - Nasihat tiga Hadratji Maulana Muhammad Ilyar rah.a -

Bismillahirrahmanirrahiim

Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a berkata, "Kemanapun orang-orang lama pergi hendaknya ia selalu berusaha hadir dan berkhidmat kepada alim ulama yang hak dan orang-orang sholeh. Namun kehadiran ini hanya untuk mengambil manfaat.
Jangan kita mendatangi ulama untuk mendakwahinya secara langsung. Alim ulama itu telah menyibukkan diri dalam urusan agama, dan tentu lebih paham tentang agama dan mereka berpengalaman atasnya. Dan kalian tidak akan dapat memahamkan mereka, yaitu tidak dapat meyakinkan mereka bahwa kerja agama ini lebih penting dan lebih berguna daripada kesibkkan lain.

Hasilnya, mereka tidak akan mendengarkan perkataan kalian. Dan bila mereka sekali saja mengatakan, "Tidak; maka kata 'tidak' itu akan sulit dirubah menjadi 'ya'

Dan akibat buruk lainnya juga dapat terjadi, yaitu masyarakat awam pun menolak mendengarkan ajakan kita. Dan ada kemungkinan timbul keragu-raguan pada diri kita. Untuk itu, ketika mengunjungi ulama, hendaknya dengan niat untuk mengambil manfaat saja, walaupun demikian, hendaknya kita tetap berusaha atas lingkungan di sekitar ulama tersebut. Dan lebih menjaga tertib-tertib dakwah dengan benar. Dengan ini ada harapan untuk sampai pada mereka, sehingga mereka akan menerima dan akan terpanggil bertawajjuh atas kerja ini. Selanjutnya, jika setelah itu mereka sendiri yang menyukai kalian dan kerja ini. Dan hendaklah kata-kata diucapkan dengan penuh kesopanan dan dengan kata-kata memuliakan."

Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a. berkata, "Apabila kita menjumpai alim ulama atau orang-orang sholeh dimana saja, yang tidak mempedulikan dan tidak menyukai kerja ini, maka janganlah kita bersangka buruk kepada mereka. Bahkan hendaklah kita selalu memahami, bahwa hakekat kerja ini belum terbuka seluruhnya terhadap mereka. Dan hendaklah kita memahami bahwa mereka adalah pelayan khusus bagi agama ini, sehingga syetan lebih memusuhi mereka (syetan lebih suka mencuri di tempat-tempat yang terdapat kekayaan). Selain itu perlu dipahami bahwa orang-orang yang sibuk dalam urusan dunia yang hina inipun, akan merasa berat untuk meninggalkannya dan menyambut ajakan agama, apalagi para ahli agama. Dengan kesibukan mereka yang tinggi, bagaimana mereka akan mudah meninggalkannya? Orang-orang 'arif berkata, "Hijab-hijab cahaya, lebih tebal daripada hijab kegelapan."

Niat sampaikan