Bismillahirrahmanirrahiim...
Hadratji Maulana Muhammad Ilyas rah.a berkata, " Derajat kewajiban itu lebih tinggi dari pada Sunnah. Pahamilah bahwa sunnah itu untuk menyempurnakan kewajiban. Sunnah adalah pengikut, sedang wajib harus yang harus di ikuti. Sunnah itu untuk menutupi kekurangan yang wajib, tetapi banyak orang telah salah memahaminya.
Mereka semakin melupakan kewajiban dan menyibukkan diri pada amalan sunnah. Sebagaimana telah kalian ketahui bahwa mendakwahkan kebenaran, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran adalah bagian dari tanggung-jawab serta kewajiban agama. Tetapi beberapa orangkah yang menunaikannya? Sedangkan dzikir-dzikir sunnat, ibadah-ibadah sunnat, dan banyak kegiatan agama yang bersifat sunnat, banyak orang yang melakukannya..
Hadratji Maulana Ilyas rah.a berkata, "Sebagian ahli ilmu dan pelajar telah salah dalam memahami 'Istighna'. Mereka memahami bahwa maksud 'istighna' adalah enggan menemui orang-orang kaya lagi hartawan. Bahkan menemui mereka pun dianggap suatu yang harus dihindari. Padahal maksud 'istighna' yang sebenarnya adalah kita jangan pergi ke sana, jika kita berkeinginan atas kedudukan dan hartanya. Kita mendatangi mereka semata-mata untuk perbaikan diri mereka. Berjumpa dengan maksud agama dan berbicara agama, tidak bertentangan dengan makna 'istighna' (tidak mengharap sesuatu selain dari Allah Ta'ala)
Amal ini sangat penting. Namun yang perlu diperhatikan adalah ketika kita menjumpai orang kaya tersebut, hati kita jangan ada rasa cinta terhadap keduniaan dan kedudukan mereka, serta tidak rakus untuk mendapatkannya."
Beliau (Maulana Ilyas rah.a) berkata, " Apabila seorang hamba ingin maju dalam kebaikan, maka syetan selalu berusaha menghalanginya dengan berbagai cara dan mempersulit jalan, serta menyebarkan halangan. Jika halangan dan rintangan tersebut tidak berhasil, syetan akan berusaha mencari jalan lain, yaitu dengan berusaha merusak niat dan keikhlasannya, atau dengan ikut serta dalam kebaikannya, maksudnya dengan memasukkan rasa riya dan sum'ah (agar terkenal). Dan kadangkala dengan mencampur-aduk maksud dan tujuan, sekedar untuk merusak niat. Dan dengan cara ini, kadangkala syetan berhasil.
Oleh sebab itu, ahli agama hendaknya berhati-hati menghadapi bahaya ini dan menjaga hati kita setiap waktu dari bisikan syetan, serta senantiasa meneliti niat kita. Jangan sampai, niat karena Allah Ta'ala bercampur dengan niat lainnya, yang dapat menyebabkan Allah Ta'ala mengabulkan amal tersebut."
Niat amal dan sampaikan..
No comments:
Post a Comment