Hadratji Maulana Ilyas Rah.a berkata, "menurutku, hakikat agama ialah menganggap segala sebab keduniawian adalah tirai penutup bagi perintah-perintah Allah ta'ala. Dan meyakini bahwa dibelakang tirai ini, tiada Pencipta lainnya. Dan perbuatan serta perintah-perintahNya adalah sebab hakiki, (dan dengan bersungguh-sungguh dalam sebab-sebab dzahir, bahwa Allah S.w.t ridha kepada diriku dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku)."
Beliau berkata, " Pikirkanlah ayat :
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (At-Thalaq: 2-3)
Ketika menceritakan tentang seorang ahli agama dari Punjab, Hadratji Maulana Ilyas Rah.a, berkata,"Pertama kali ia datang kemari, kebetulan aku sedang sibuk mengajar hadist Ibnu Majah. Dia memberi salam, tetapi karena karena kesibukanku mengajar hadist, aku tidak menjawabnya. Lalu ia duduk dan setelah beberapa saat ia berkata (ditengah pelajaran sedang berlangsung), "Aku datang dari tempat anu." Aku pun masih tidak menjawabnya. Beberapa lama kemudian, ia bangun dan pergi. Barulah aku bertanya, " Ada apa Anda datang kemari?" Dia menjawab," untuk menziarahi tuan." Kukatakan, "Keutamaan dan anjuran ziarah yang telah disebutkan dalam hadist-hadist bukanlah melihat wajah saja. Hal itu seperti melihat gambar seseorang saja. Berkunjung yang dimaksud oleh syariat adalah bertanya tentang keadaan dan mendengar keadaannya. Sedangkan Anda tidak membicarakan tentang diri Anda dan juga tidak bertanya tentang diriku." Dia bertanya, "Apakah aku harus menunggu?" Aku menjawab, "Ya, perlu." Maka ia pun menunggu. Dan setelah mendengar dan memahami sedikit pembicaraanku, serta bagaimana kesibukan usaha disini, akhirnya ia datang kembali sambil mengajak saudaranya ke sini.
Seandainya saat itu aku menyambutnya secara ringkas apa-apa yang akan dilakukan nanti, maka itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Ia sekedar berziarah, kemudia pergi.
Beliau berkata, "Bersamaan dengan perubahan zaman, terjadi pula perubahan-perubahan maksud dari istilah-istilah agama dan ruhnya pun telah menghilang. Keutamaan 'silahturahmi sesama muslim' dalam agama, disebabkan adanya perbincangan agama. Pertemuan yang di dalamnya tidak ada pembicaraan agama, dzikir, dan pikir agama, maka itu adalah ziarah tanpa ruh.
Cahaya Keilmuan Rasulullah SAW
Niat amal dan sampaikan.
No comments:
Post a Comment